Kumpulan Fabel Jenjang SMP-SMA

KUMPULAN FABEL

OLEH: ANANDA31


Fabel 1

Arti dari “Cinta”

Oleh: Ananda31

            Pada sebuah kerajaan rimba yang makmur dan sejahtera, yang dimana di kerajaan tersebut tiada yang namanya kesulitan apalagi kesedihan, semua hal itu tentu tak terlepas dari peranan pemimpin kerajaan tersebut yang kini berada di bawah pimpinan Raja Gorila yang sangat mengutamakan kebahagiaan rakyatnya.

            Di suatu hari, si Raja Gorila tengah mengadakan sebuah pesta besar untuk memperingati hari besar kerajaannya, di mana pada hari itu juga bertepatan dengan keseratus tahun hari kemenangan para leluhurnya dalam merebut kembali kerajaan ini dari kendali Kerajaan Harimau yang beringas. Seluruh rakyatnya dari setiap golongan dikumpulkan pada hamparan rumput yang sangat luas dan beratapkan sebuah pohon raksasa yang dimana pohon itu merupakan istana utama dari Raja Gorila. Ia memandangi rakyatnya yang tengah berpesta ria dan memuja-muja namanya dari atas pohon raksasa tersebut, di atas sana Ia juga ditemani oleh banyak gorila betina muda, yang hal itu membuatnya yakin bahwa kini Ia tengah berada di surga. Ia lalu dengan bangganya berkata “Inilah surga yang sebenarnya, takkan ada yang bisa menghancurkan…,” namun belum selesai kalimatnya terucap, tiba-tiba terdengarlah suara kegaduhan dari rakyatnya, dan disaat Ia melihat kembali ke bawah ternyata ada tiga ekor buaya berzirah yang dipenuhi duri dan sangat mengerikan, mereka tengah terlihat mengacaukan pesta bahkan membunuh beberapa binatang di sana.

            Seketika Raja Gorila tentu teramat terkejut melihat hal itu, hingga Ia sesegera mungkin memerintahkan pasukannya untuk melawan para buaya berzirah yang mengerikan itu. Para tentara gorila lengkap dengan senjata dan zirah pun berbondong-bondong keluar dari pintu utama istana untuk melawan para buaya itu, namun disaat mereka akan berhadapan, salah satu dari buaya itu berkata kepada mereka, “Kurang dari sembilan jam lagi badai beserta hujan dahsyat akan menghantam dan membuat seluruh rawa meluap hingga ke tanah ini!--- Disaat itulah kami akan datang lalu mengakhiri surga kalian!”. Perkataan itu tentu saja menggentarkan para pasukan yang siap berhadapan itu, bahkan si Raja Gorila sendiri juga sudah menghilang dari posisinya sebelumnya, “Lebih baik kalian bersiap sekarang!” terus salah satu buaya itu, lalu mereka pergi begitu saja diikuti oleh dua buaya lainnya.

            Keadaan kerajaan yang Raja Gorila ibaratkan seperti surga ini pun sekietika berubah, “Yang mulia, para buaya bar-bar itu akan menginvasi kerajaan kita kurang dari sembilan jam lagi! Istana ini cukup besar untuk mengamankan seluruh rakyat kita! Kita lebih baik bergerak sekarang!” jelas dan saran panglima itu kepada Raja Gorila yang malah bersembunyi di belakang singgasananya, “B-baiklah! Maka lakukanlah itu sekarang!” jawab sekaligus perintah Raja Gorila, dan hampir tanpa sela waktu si panglima itu pun langsung mematuhinya.

            Evakuasi besar-besaran pun terjadi, para pasukan gorila di bawah pimpinan panglima tertinggi pun bergegas mendatangi perkotaan di sekitar istana bahkan perkampungan di batas kerajaan, lalu mengimbau para binatang di sana untuk sesegera mungkin mengungsi ke istana. Evakuasi berjalan cukup lancar, namun tanpa diduga hujan secara tiba-tiba mengguyur dengan disusul oleh kilat yang menyambar-nyambar dan angin kencang. Para binatang yang tengah di evakuasi itu pun tentu menjadi panik dan langsung berlari tanpa arahan, bukan hanya mereka, melainkan para prajurit  pun terlihat sama paniknya, sebagian besar dari mereka bahkan seketika menterlantarkan tugas mereka lalu ikut pula berlari.

            Dari kegelapan rimba yang mulai tergenang terlihatlah sesuatu yang perlahan muncul, para gorila yang setia pada tugasnya dan tetap tinggal di belakang tentu langsung mengambil posisi siaga melihat hal itu, namun seketika itu pula mereka tertarik sesuatu dan terjatuh hingga genangan air tersebut dengan cepatnya memerah dipenuhi oleh darah. Tak sampai disitu, ternyata “sesuatu” itu juga telah berhasil menyusup lalu memecah tepat di tengah-tengah rombongan yang tengah berlarian itu. Tak terhitung sudah berapa banyak para binatang maupun para pasukan gorila yang menjadi korban, hingga itu kemudian dengan cepatnya mendatangkan banyak kabar buruk ke istana.

            “Mereka terlambat! CEPAT TUTUP GERBANG ISTANA SEKARANG!” perintah raja menanggapi kabar-kabar buruk tersebut. Tentu perintah itu adalah sesuatu yang tak bisa diterima, mengingat ternyata masih belum ada sepersen masyarakat pun yang berhasil terevakuasi. “Tidak bisa yang mulia! Rakyat kita masih belum ada yang terevakuasi…,” bantah panglima, namun perkataannya seketika dipotong oleh si raja, “Persetan dengan mereka! Yang kini telah kuberikan kepada mereka sudah jauh lebih dari cukup!”. “TUTUP SEKARANG! Atau para buaya itu juga akan memangsa istri dan mengambil seluruh hartaku!” terus si raja itu, namun bukannya mematuhinya kini si panglima itu malah menggelengkan kepalanya. Tentu si raja menjadi sangat marah melihat itu, hingga Ia pun akhirnya menmenggal panglima itu dengan tangannya sendiri, “Gorila bodoh! Yang kuperlukan itu panglima yang memihakku, bukan memihak para binatang menyedihkan itu!” kata si raja dengan memasukkan pedangnya yang berlumuran darah ke tempatnya.

            Seisi istana pun gentar melihat apa yang dilakukan si raja itu, hingga disaat Ia meneriakkan perintah yang serupa, tak ada satupun yang berani menolak dan langsung mematuhinya. Kini gerbang utama istana pun mulai tertutup, para binatang beserta para prajurit yang masih diluar tentu sangat terkejut, lalu mereka pun berenang menyerbu gerbang itu, namun seketika itu pula mereka langsung dihujani oleh panah dari atas pohon dan itu banyak membunuh dari mereka, rupanya hal itu adalah perintah langsung dari si raja agar mereka yang masih diluar tak masuk ke dalam istana, “Jika aku tak bisa menyelamatkan mereka, setidaknya aku bisa menyelamatkan hasil dari kerja keras mereka! Itulah yang kubutuhkan!” kata si raja tanpa rasa bersalah sedikitpun.

            Mereka yang terapung-apung di luar kini diambang oleh keputusasaan, ditambah “sesuatu” yang merupakan gerombolan buaya berzirah itu semakin mendekati mereka. Tiada lagi harapan untuk melawan, karena dalam banyak legenda mereka, mereka meyakini bahwa para buaya itu adalah “pasukan pensucian” dan tidak ada satupun yang bisa menggores, apalagi menghentikan mereka. Para pejantan dan pemuda tangguh hanya bisa diam dan berserah diri, sedangkan para induk terlihat memeluk dan mengucapkan perpisahan terhadap anak-anaknya, bahkan para prajurit di sana juga terlihat membuang senjatanya dan menyerah begitu saja. Mereka kini benar-benar menerimanya apabila mati dalam mulut para buaya itu, karena mereka kini telah beranggapan bahwa itu jauh lebih baik daripada mengabdi pada raja yang memberikan sebuah cinta palsu kepada mereka semua.

            Sudah sejengkal mereka dari para buaya mengerikan itu, mereka saling memejamkan mata dan bersiap, namun siapa sangka para buaya yang sudah sejengkal itu malah tak mempedulikan mereka dan hanya melewati mereka begitu saja. Raja gorila tentu tak percaya melihat itu, seketika Ia kehilangan akal sehatnya dan langsung memerintahkan seluruh prajurit yang bersamanya untuk menuangkan minyak lalu membakar para buaya yang terlihat terus menyerbu gerbang istana tersebut, termasuk para rakyatnya senidiri, namun belum sempat Ia menyelesaikan perintahnya para buaya itu telah berhasil mendobrak gerbang utama istana lalu berbondong-bondong masuk ke dalamnya. Para penghuni, termasuk para pejabat dan keluarga kerajaan pun seketika dibantai habis oleh para buaya itu, hingga kurang dari tiga menit mereka berhasil memojokkan si Raja Gorila tepat di ujung balkon istananya, “kami takkan membunuhmu! Tapi sebagai gantinya kami akan membawamu kepada masyarakat dan prajuritmu yang telah kau khianati!” kata salah satu dari buaya-buaya itu, dan sepertinya Ialah pemimpin mereka.

            Kini dibawalah si raja gorila itu ke hadapan rakyat dan para prajuritnya yang telah Ia khianati, dan rupanya si panglima tertinggi yang memimpin operasi evakuasi sebelumnya masih selamat dan langsung menghampiri si raja, “ternyata inilah arti dari cintamu kepada rakyatmu, kau mencintai mereka agar mereka bekerja semakin keras dan semakin banyak uang yang mereka bayarkan untukmu, namun disaat mereka kesulitan dan memohon akan kemurahanmu, malah hal keji ini yang kau lakukan!” kata si panglima tertinggi lalu Ia mempersilakan para buaya untuk pergi dan bersenang-senang dengan darah dan daging si raja.

“Najis telah disingkirkan!” ucap pemimpin para buaya itu setelah melemparkan si raja kepada rahang-rahang anak buahnya. Kini “surga” yang sangat dibanggakan oleh si Raja Gorila ini benar-benar telah musnah, tak terhitung sudah berapa banyak nyawa yang hilang dalam peristiwa ini, tapi mereka yang masih selamat meyakini bahwa peristiwa ini adalah sebagai “pensucian” agar suatu tatanan kepemimpinan yang suci dapat benar-benar terlahir. Legenda itu benar.


 

Fabel 2

Sedang dalam proses...

Fabel 1

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer